Minggu, 16 Maret 2014

Kisah Perjalanan Menggapai Polri



Episode 1. Awal mula perjalanan


Berawal dari ajakan temanku Sujangga, aku mulai memiliki impian itu. Sujangga mengajakku mempersiapkan berkas yang dibutuhkan, seperti fotocopy ijasah, dll, hari-hari itu sungguh menyenangkan, membayangkan kami berdua akan menghadapi ujian masuk polisi.

Ketika aku bercengkrama dengan ibuku, kuberanikan diri mengatakan kepadanya bahwa aku berniat masuk polisi, tak disangka, dan tak terbayangkan, ternyata aku malah dimarah, katanya “kamu ini orang miskin, mau cari uang dimana masuk polisi? Walaupun kamu ikut terus lulus diawal, ujung-ujungnya kamu pasti gagal karena tidak punya uang” aku membantah dan terjadi perdebatan, kukatakan pada ibu, ibu aku sangat ingin merasakan seperti apa ujian masuk polisi itu! Biarlah pada akhirnya tidak lulus yang penting aku tau seperti apa masuk polisi itu! Pamanku yang disebelah rumah juga ikut memberikan saran, katanya “tidak usah mendaftar jadi polisi, kamu punya prestasi di bidang pencak silat, tekuni dulu itu, dan kalau kamu memang ingin sekali kerja, besok paman antarkan ke swalayan, kamu bisa jadi satpam disitu”. Aku tetap ngotot ingin mencoba daftar masuk polisi, sampai ibuku geram dan mengatakan, “terserah kamu saja kalau mau mendaftar, yang penting mama tidak ada uang”. Perdebatan berakhir, dalam hatiku mengatakan, oke, aku punya sedikit tabungan, aku akan mendaftar besok dengan temanku.

Malam  harinya, (rencana berangkat mendaftar besok pagi) sujangga datang kerumahku, aku menyapanya dengan senyum lebar dan sangat senang, karna melihatnya membuat impian itu berkobar. Kami mengobrol, kemudian satu kalimat yang membuat semua menjadi berubah, kesenangan itu berubah menjadi ketakutan, impian itu seakan lenyap. Kalimat itu adalah “aku tidak jadi mendaftar karena tinggiku tidak cukup” seketika itu juga badanku terasa lemas, pikiranku melayang, aku bingung, hatiku mendua, disatu sisi saya ingin, ingin sekali merasakan seperti apa seleksi menjadi Polisi, disatu sisi saya bingung, sejuta pertanyaan muncul di otak saya, bagaimana cara saya mendaftar?, kemana saya harus mendaftar?, iya, saya tau harus ke Polda, tapi?, dimana letak Poldanya??, seandainya pun aku tau tempatnya, aku harus bagaimana agar sampai disana? Bagaimana malunya diriku jika tidak jadi mendaftar? Aku sudah ngotot mengatakan akan mendaftar pada ibuku yang ngotot melarangku. Dalam pikiran kalut, mataku sudah berkaca-kaca, ingin sekali menangis rasanya. Kemudian Teringat teman sekelas yang juga mendaftar Polisi, namanya Wira, kutinggalkan sujangga dirumahku, dan pergi kerumah wira yang tak jauh dari rumahku untuk bertanya alamat polda, sampai dirumahnya, ternyata wira sudah berangkat sehingga saya tidak mendapat informasi apa-apa.

Aku kembali kerumah, kembali berbincang-bincang dengan sujangga mencari cara agar berangkat mendaftar bisa terwujud, sujangga memberikan solusi bahwa dia bisa mengantar tetapi tidak bisa menggunakan motornya karena akan digunakan ortunya. Selain itu, jika naik kendaraan umum, dia tidak punya uang. Saya langsung menjawab oke. Besok kita berangkat, kamu antar saya, kita akan kepolda naik kendaraan umum, dan biayanya saya yang bayar. Perbincangan berakhir, dan sujangga pun pulang.

Pukul 04.00 wita aku sudah siap berangkat menunggu sujangga dan mobil bis tujuan terminal ubung. Perjalanan dari tempatku hingga terminal ubung sekitar 3 jam. Singkat cerita, kami tiba di terminal ubung, sujangge pergi mencari ojek menuju rumah keluarganya untuk meminjam sepeda motor guna membonceng saya ke Polda, dan saya menunggunya di terminal ubung. Sujangga datang, dan memboncengku menuju Polda, lucunya waktu itu ternyata sujangga juga belum pernah ke Polda, sehingga kami berputar-putar mengelilingi Gor ngurah rai. Ketika kami berhenti kukatakan coba kita lurus dulu,, eh ternya polda di depan mata.

Ketika kulihat tulisan Kepolisian Daerah Bali, hatiku sangat senang, aku turun dari motor masih dengan senyuman di wajah, kemudian dengan cepat Sujangga mengatakan saya harus segera kembali, motor ini akan dipakai om saya, setelah mendengar itu kuucapkan terimakasih dan hatiku mulai deg-degan karena harus berjuang sendiri.

Kuberanikan diri masuk ke dalam Polda, terlihat Polisi yang berjaga sangat seram, tinggi besar dan seperti ingin mengusir saya, jika saya bayangkan saat itu diri saya seperti seekor keledai yang berjalan melewati segerombolan singa. Ketika kulihat banyak pria sebayaku, perasaan agak tenang. Aku tau pasti orang-orang itu mendaftar seperti dririku. Segera setelah kulihat loket pendaftaran, aku langsung mengambil map dalam tasku yang sudah berisi fotocopy ijasah, kusodorkan ke loket pendaftaran, beberapa menit kemudian namaku dipanggil, dia Tanya mana fotonya dik, saya langsung panik, karena saya memang tidak membawa foto, sambil gugup saya jawab ke petugas loket, pakek foto buk ya? Dengan nada tinggi dia melempar berkas dan mengatakan kamu mendaftar kok ngga tau persyaratan. Saya ambil map dan saya keluar dari polda itu. Saya berpikiri bagaimana ini? Perjuangan saya berakhir sampai disini? Sambil duduk di depan polda saya buka tas saya dan melihat-lihat dalam tas, dan saya sangat kaget penuh kesenangan, dalam tas saya ternyata ada sebuah klise (film foto) waktu saya foto untuk ujian sekolah, dengan senang saya langsung berjalan mencari tempat cuci foto express dan saya menemukannya. Saya sangat senang, stelah tercetak saya berlari kembali ke loket pendaftaran. Nama saya dipanggil, berat badan saya di timbang, tinggi saya di ukur, kemudian saya mendapat nomor casis (calon siswa) dan beberapa berkas yang harus saya isi dirumah. Nomor casis saya adalah 1324, saya sangat senang, saya merasa diri saya telah berhasil.

Sampai dirumah, dengan bangga saya tunjukan ke ibu saya, “buk, saya sudah berhasil mendapat nomor casis ini, dan saya harus mengisi berkas-berkas ini, untuk memenuhi persyaratan selanjutnya”. Ibu saya jawab “tidak usah kamu lanjutkan, kita ini orang miskin, kita tidak punya uang, walaupun kamu lulus hari ini, ujung-ujungnya nanti kamu tidak lulus dan bisa jadi orang gila”.

Sejak saat itu saya selalu murung, tak ada semangat menjalani hari-hari, saya tidak pernah menjawab perkataan ibu saya, bekerja membantu ibu pun asal-asalan. Suatu hari kakak saya melihat saya dan merasa kasian, dia bilang kalau memang mau mendaftar polisi, berangkatlah, nanti kakak bantu sebisanya. Perasaan saya langsung bangkit, semangat saya berkobar, langkah saya lebih cepat dari biasanya, otak saya langsung mengatakan, ayo cepat isi berkas-berkasnya. Berkas-berkas itu berisi pernyataan orang tua, pernyataan diri sendiri, keterangan kepala sekolah, dan keterangan lurah setempat, dalam satu malam saya kerjakan sendiri, saya ketik menggunakan mesin ketik,tanda tangan kepala sekolah dan lurah saya cari bersama ipar saya pada malam itu juga, karena besok saya harus berangkat kepolda.

Di Polda saya serahkan berkas-berkasnya dan disampaikan bahwa beberapa hari kedepan akan ada tes parade di Poltabes Denpasar. Saya mulai berpikir, dimana itu alamatnya? Bagaimana cara saya menuju kesana? Bersambung ;-)

Episode 2 perjalan menggapai polri 1 malam 4 tempat tidur

6 komentar:

  1. mana kelanjutannya bos?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lanjutannya klik episode 2 perjalanan menggapai polri 1 malam 4 tempat tidur. Terimakasih telah berkunjung.

      Hapus
  2. Saya tertarik sama ceritanya karna mirip dengan cerita saya. Lanjutkan bang hehe

    BalasHapus
  3. Mantab dan sukses selalu ndan jangan lupa kunjungi Penerimaan Polri

    BalasHapus