Episode
1. Awal mula perjalanan
Berawal
dari ajakan temanku Sujangga, aku mulai memiliki impian itu. Sujangga
mengajakku mempersiapkan berkas yang dibutuhkan, seperti fotocopy ijasah, dll,
hari-hari itu sungguh menyenangkan, membayangkan kami berdua akan menghadapi
ujian masuk polisi.
Ketika
aku bercengkrama dengan ibuku, kuberanikan diri mengatakan kepadanya bahwa aku
berniat masuk polisi, tak disangka, dan tak terbayangkan, ternyata aku malah
dimarah, katanya “kamu ini orang miskin, mau cari uang dimana masuk polisi?
Walaupun kamu ikut terus lulus diawal, ujung-ujungnya kamu pasti gagal karena
tidak punya uang” aku membantah dan terjadi perdebatan, kukatakan pada ibu, ibu
aku sangat ingin merasakan seperti apa ujian masuk polisi itu! Biarlah pada akhirnya
tidak lulus yang penting aku tau seperti apa masuk polisi itu! Pamanku yang
disebelah rumah juga ikut memberikan saran, katanya “tidak usah mendaftar jadi
polisi, kamu punya prestasi di bidang pencak silat, tekuni dulu itu, dan kalau
kamu memang ingin sekali kerja, besok paman antarkan ke swalayan, kamu bisa
jadi satpam disitu”. Aku tetap ngotot ingin mencoba daftar masuk polisi, sampai
ibuku geram dan mengatakan, “terserah kamu saja kalau mau mendaftar, yang
penting mama tidak ada uang”. Perdebatan berakhir, dalam hatiku mengatakan,
oke, aku punya sedikit tabungan, aku akan mendaftar besok dengan temanku.
Malam harinya, (rencana berangkat mendaftar besok
pagi) sujangga datang kerumahku, aku menyapanya dengan senyum lebar dan sangat
senang, karna melihatnya membuat impian itu berkobar. Kami mengobrol, kemudian
satu kalimat yang membuat semua menjadi berubah, kesenangan itu berubah menjadi
ketakutan, impian itu seakan lenyap. Kalimat itu adalah “aku tidak jadi mendaftar karena tinggiku tidak cukup” seketika itu
juga badanku terasa lemas, pikiranku melayang, aku bingung, hatiku mendua,
disatu sisi saya ingin, ingin sekali merasakan seperti apa seleksi menjadi
Polisi, disatu sisi saya bingung, sejuta pertanyaan muncul di otak saya,
bagaimana cara saya mendaftar?, kemana saya harus mendaftar?, iya, saya tau
harus ke Polda, tapi?, dimana letak Poldanya??, seandainya pun aku tau
tempatnya, aku harus bagaimana agar sampai disana? Bagaimana malunya diriku
jika tidak jadi mendaftar? Aku sudah ngotot mengatakan akan mendaftar pada ibuku
yang ngotot melarangku. Dalam pikiran kalut, mataku sudah berkaca-kaca, ingin
sekali menangis rasanya. Kemudian Teringat teman sekelas yang juga mendaftar
Polisi, namanya Wira, kutinggalkan sujangga dirumahku, dan pergi kerumah wira yang
tak jauh dari rumahku untuk bertanya alamat polda, sampai dirumahnya, ternyata
wira sudah berangkat sehingga saya tidak mendapat informasi apa-apa.
Aku
kembali kerumah, kembali berbincang-bincang dengan sujangga mencari cara agar
berangkat mendaftar bisa terwujud, sujangga memberikan solusi bahwa dia bisa
mengantar tetapi tidak bisa menggunakan motornya karena akan digunakan ortunya.
Selain itu, jika naik kendaraan umum, dia tidak punya uang. Saya langsung
menjawab oke. Besok kita berangkat, kamu antar saya, kita akan kepolda naik
kendaraan umum, dan biayanya saya yang bayar. Perbincangan berakhir, dan
sujangga pun pulang.
Pukul
04.00 wita aku sudah siap berangkat menunggu sujangga dan mobil bis tujuan
terminal ubung. Perjalanan dari tempatku hingga terminal ubung sekitar 3 jam. Singkat
cerita, kami tiba di terminal ubung, sujangge pergi mencari ojek menuju rumah
keluarganya untuk meminjam sepeda motor guna membonceng saya ke Polda, dan saya
menunggunya di terminal ubung. Sujangga datang, dan memboncengku menuju Polda,
lucunya waktu itu ternyata sujangga juga belum pernah ke Polda, sehingga kami
berputar-putar mengelilingi Gor ngurah rai. Ketika kami berhenti kukatakan coba
kita lurus dulu,, eh ternya polda di depan mata.
Ketika
kulihat tulisan Kepolisian Daerah Bali, hatiku sangat senang, aku turun dari
motor masih dengan senyuman di wajah, kemudian dengan cepat Sujangga mengatakan
saya harus segera kembali, motor ini akan dipakai om saya, setelah mendengar itu
kuucapkan terimakasih dan hatiku mulai deg-degan karena harus berjuang sendiri.
Kuberanikan
diri masuk ke dalam Polda, terlihat Polisi yang berjaga sangat seram, tinggi
besar dan seperti ingin mengusir saya, jika saya bayangkan saat itu diri saya
seperti seekor keledai yang berjalan melewati segerombolan singa. Ketika
kulihat banyak pria sebayaku, perasaan agak tenang. Aku tau pasti orang-orang
itu mendaftar seperti dririku. Segera setelah kulihat loket pendaftaran, aku
langsung mengambil map dalam tasku yang sudah berisi fotocopy ijasah, kusodorkan
ke loket pendaftaran, beberapa menit kemudian namaku dipanggil, dia Tanya mana
fotonya dik, saya langsung panik, karena saya memang tidak membawa foto, sambil
gugup saya jawab ke petugas loket, pakek foto buk ya? Dengan nada tinggi dia
melempar berkas dan mengatakan kamu mendaftar kok ngga tau persyaratan. Saya
ambil map dan saya keluar dari polda itu. Saya berpikiri bagaimana ini?
Perjuangan saya berakhir sampai disini? Sambil duduk di depan polda saya buka
tas saya dan melihat-lihat dalam tas, dan saya sangat kaget penuh kesenangan,
dalam tas saya ternyata ada sebuah klise (film foto) waktu saya foto untuk
ujian sekolah, dengan senang saya langsung berjalan mencari tempat cuci foto
express dan saya menemukannya. Saya sangat senang, stelah tercetak saya berlari
kembali ke loket pendaftaran. Nama saya dipanggil, berat badan saya di timbang,
tinggi saya di ukur, kemudian saya mendapat nomor casis (calon siswa) dan
beberapa berkas yang harus saya isi dirumah. Nomor casis saya adalah 1324, saya
sangat senang, saya merasa diri saya telah berhasil.

Sejak
saat itu saya selalu murung, tak ada semangat menjalani hari-hari, saya tidak
pernah menjawab perkataan ibu saya, bekerja membantu ibu pun asal-asalan. Suatu
hari kakak saya melihat saya dan merasa kasian, dia bilang kalau memang mau
mendaftar polisi, berangkatlah, nanti kakak bantu sebisanya. Perasaan saya
langsung bangkit, semangat saya berkobar, langkah saya lebih cepat dari
biasanya, otak saya langsung mengatakan, ayo cepat isi berkas-berkasnya.
Berkas-berkas itu berisi pernyataan orang tua, pernyataan diri sendiri,
keterangan kepala sekolah, dan keterangan lurah setempat, dalam satu malam saya
kerjakan sendiri, saya ketik menggunakan mesin ketik,tanda tangan kepala
sekolah dan lurah saya cari bersama ipar saya pada malam itu juga, karena besok
saya harus berangkat kepolda.
Di
Polda saya serahkan berkas-berkasnya dan disampaikan bahwa beberapa hari
kedepan akan ada tes parade di Poltabes Denpasar. Saya mulai berpikir, dimana
itu alamatnya? Bagaimana cara saya menuju kesana? Bersambung
;-)
Episode 2 perjalan menggapai polri 1 malam 4 tempat tidur
Episode 2 perjalan menggapai polri 1 malam 4 tempat tidur
Lanjut kan bos
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung.
Hapusmana kelanjutannya bos?
BalasHapusLanjutannya klik episode 2 perjalanan menggapai polri 1 malam 4 tempat tidur. Terimakasih telah berkunjung.
HapusSaya tertarik sama ceritanya karna mirip dengan cerita saya. Lanjutkan bang hehe
BalasHapusMantab dan sukses selalu ndan jangan lupa kunjungi Penerimaan Polri
BalasHapus